Seorang Intelektual Menerangi Ditengah Kegelapan - ,

Breaking

Minggu, 20 Februari 2022

Seorang Intelektual Menerangi Ditengah Kegelapan

 

Gambar : Penulis (Sumber dok: AWIPA-MKW)


Oleh Yepuni Giyai

Artiker, AWIPA-MKW I Dengan susah paya membersihkan rumput-rumput di jalan tengah menuju seorang Mahasiswa sebagai manusia Intelektual yang akan menerangi dengan cahaya dintengah-tengah kegegelapan. Dengan demikian dalam kesempatan ini saya tertarik dengan Motto Gerakan Papua Mengajar, ‘Saya Belajar, Saya Mengajar. Dalam momentum ini penulis masih dalam tanda-tanya mengapa saya sendiri mengangkat sub tema dari tema yang telah sepakati oleh kawan-kawan mahasiswa asal Paniai di Manokwari pada saat mencetak majalah ini sebelumnya. Siapanpun bisa  jadi apapun. Menjadi seorang intelektual itu sudah apa, gampang saja sebenarnya kalau belajar hasil karya dari orang lain.  Ambil kata mahasiswa bukan berarti saya tidak berdiri ditengah-tengah kegegelapan dunia ini. pertanyaan adalah saya berani jadi mahasiswa resikonya banyak salah satunya adalah saya akan menjadi orang intelektual untuk berdiri ditengah kegegelan dunia ini untuk menerangi terhadap seluruh kegegelapan yang sedang mencoba-coba untuk menjadikan terang seperti negara tetangga.


Anggap saya saya yang sudah menjadi mahasiswa wajib berpikir bahwa seorang perempuan Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri dengan kecerdasan maka dia pernah menjadi Presiden Indonesia yang kelima. Saat menjabat sebagai presiden tentu dia menerangi terang ditengah masyarakat yang ada dalam kegelapan. Pengalamannya menjadi contoh yang baik terhadap mahasiswa yang sedang mengambil ilmu di perguruan tinggi  dalam negeri maupun luar negeri kususnya di kota studi Manokwari. Berani berdiri ditengah-tengah kegegelapan mempelajari banyak bidang, tidak hanya berfokus pada satu bidang. Sepatakata mengatakan diatas langit masih ada langit, menjadi seorang intelektual perluh mempelajari ilmu dalam bentuk apapun salah satunya adalah belajar menulis yang lebih banyak.

 

Setelah menjadi status mahasiswa banyak materi-materi dari kampus maupun diluar dari kampus yang membutuhkan gaya berpikir yang positif. Baku menjaga mahasiswa intelektual yang akan siap menerangi ditengah kegegelapan. Mahasiswa tersebut penting belajar sesuatu dengan gaya pikir antara lain. Gaya berpikir ini pernah saya membuka tautan yang pernah posting sebuah pertanyaan dalam sebuah media bernama dictio.id dengan pertanyaan apa saja macam-macam gaya pikir seseorang? oleh DebrillalvanadyaPang pada 1 Mei 2018 lalu.


Pertama Gaya berpikir sekuensial konkret yang merupakan gaya berpikir dimana sipemikir berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Kedua Gaya berpikir acak konkret ini memiliki sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstuktur. Seperti hal nya pada gaya berpikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba salah.  Ketiga Gaya berpikir pemikir gaya acak abstrak merupakan cara berpikir yang tertarik pada nuansa dan sebagian lagi cenderung kepada mistisime. Adapun gaya berpikir ini menyerap ide-ide atau informasi serta kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Keempat Gaya berpikir sekuensial abstrak ini merupakan gaya berpikir yang bersifat dunia teori metafisis dan dunia abstrak. Gaya berpikir sekuensial abstrak ini cenderung lebih suka berpikir secara konsep dan menganalisis informasi. Mahasiswa yang biasa pemikir sekuensial abstrak ini sangat menghargai orang-orang serta peristiwa-peristiwa yang teratur dan rapi.


Berdasarkan gaya pikir diatas maka mahasiswa mulai konsep dengan kemampuan yang dimiliki antara lain adalah, merasa setara dengan orang lain, yakin dapat mengatasi segala macam masalah, bisa menerima pujian tanpa rasa malu, bisa menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, serta perilaku yang tidak semuanya dapat di setujui oleh anggota masyarakat, bisa memperbaiki dirinya sendiri, maksudnya dia mampu untuk mengungkapkan tentang aspek kepribadian yang tidak disukainya dan akan berusaha untuk dapat mengubahnya.


Beredasarkan gaya pikir yang positif maka mahasiswa menjadi terang ditengah-tengah kegegelapan dunia. Dengan kecerdasan berserta pengalaman-pengalaman positif yang menerima dan tidak terima yang begitu banyak dalam bangku perkuliaan, kemudian sementara menerima ilmu terus berhadapan dengan berbagai masalah dan persoalan untuk mematikan pengalaman-pengalaman, maka sebagai mahasiswa yang sebagai seorang intelektual tidak diam ditempat, harus kuat berdiri malawan berbagai persoalan dan masalah, lalu  melihat masa depan sepeerti terjadi apa, sambil menerangi dunia yang sedang ada dalam kegegepan dengan pembunuhan, pemerkosaan, penindasan, penembakan, pemenjarahan, intimidasi, terror, pengunsian, penahanan, perampasan, dan lain sebagainya.  


Saya pikir kalau status sudah mahasiswa itu sudah bisa melihat berbagai jenis masalah dan persoalan yang sedang terjadi dalam kalangan mahasiswa, maupun nanti dalam sosial masyarakat. Membuat dunia ini seperti tidak ada mata hari yang menerangi cahaya diatas muka bumi khususnya diatas tanah Papua yang penuh dengan ketidak adilan ini. 


Maka sebagai tulisan kesimpulan saya tulis dan sambal katakan kepada mahasiswa kota Asal Paniai dan pada umumnya mahasiswa Papua bahwa jangan pernah berhenti mengejar sebuah mimpin yang disebut cita-cita yang ditentukan sejak masa kecil berdasarkan kecerdasan dan pengalaman maka bisa melihat yang belum pernah kita melihat, orang bilang diatas langit masih ada langit, saya tidak langit yang tersebunyi itu. Dan orang bilang juga Hidup adalah Pilihan tetapi saya tidak mau pilih yang mana karena depan mata banyak pilihan. Dan saya pernah dengar juga Hidup adalah Perjuangan tetapi perjuangkan mahasiswa yang mana seharusnya karena lebih pintar dari saya, merekapun sedang diperjuangkan untuk memaingkan perjuangan seorang mahasiswa.


Dalam dunia ini ada dua jalan mana yang pilih yang lebar rapi jiwamu mati tetapi yang sempit hidup yang kekal. Serupa mahasiswa dan intelektualnya tersebut mau bawah kemana, sekarang mahasiswa tersebut berada digaris tengah artinya setelah mengambil gelar dunia akan pake mahasiswa tersebut, maka dengan intelektual yang dimiliki mahasiswa itu digunakan untuk siapa apakah digunakan untuk kepentingan umum atau dibiarkan saja dalam diri sendiri lalu lebih bagus busuk sendiri dalam dirinya.


Sebagai mahasiswa intelektual yang mau menerangi cahaya dalam kegegelapan, dalam organisasi, Kampus, Asrama, Korwil, IMPT, Pemerintahan, Masyarakat, dalam apa saja. Maka saya pesan harus ambil bagian dalam semua organisasi sangat penting. Atas dasar intelektual maka melihat persoalan dalam organisasi tersebut. Kaluar ada masalah dalam organisasi maka dengan intelektual bisa selesai secara aturan dalam organisasi. Kaluar ada masalah dalam masyarakat maka sebegai intelektual harus berdiri ditengah-tengah jangan memihak kepada satu kelompok. Karena ketika mahasiswa memihak kepada satu pihak maka masyarakat selalu menilai mahasiswa tersebut, lalu selanjutnya menjadi kepercayaan botak. Mahasiswa terapkan hal-hal positif kepada masyarakat lalu mereka bisa percaya bahwa mahasiswa ini benar-benar dia seorang intelektual yang selalu memberikan arahan motivasi, seperti cara budidaya ternak babi yang baik dan benar, cara koker bibit pohon, cara bertani yang benar dan lain sebagainya. 


Maka selagi mahasiswa penting belajar budaya kita sendiri, belajar sejarah kita sendiri, belajar cara berorganisasi yang baik dan benar, melihat tutorial dalam youtube banyak itu lalu memperaktekan pertama diri sendiri, dengan teman asrama, sekorwil, lalu kepada masrakat. Kaluar saat mahasiswa tidak belajar dengan serius maka, setelah wisudah masyarakat bisa dibilang mahasiswa tetapi intelektualnya tidak ada, mahasiswa tetapi sama seperti masyarakat biasa, artinya tidak berintelektual, mahasiswa dan intelektuanya itu ada dua maka selagi mahasiswa penting banyak napsu untuk belajar sesuatu tetapi salah satu bakat yang dimiliki harus mendalami.


*) Penulis adalah Mahasiswa Unipa

Tidak ada komentar:

IKUTI KAMI