Adanya Menjual Tanah, seolah Hidup Orang Asli Papua, Tergantun Pada Klonial. - ,

Breaking

Senin, 21 Februari 2022

Adanya Menjual Tanah, seolah Hidup Orang Asli Papua, Tergantun Pada Klonial.

 


Gambar : Penulis (Sumber dok: AWIPA-MKW)


Oleh, Fiss Kudiai


OPINI,AWIPA-MKW I Pada awal permulah manusia lahir dari debuh tanah dan pasti kembali ke tanah lagi ketika berjumpa agenda titik usia kita, dan juga Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang mampu pemikir guna untuk hidup diatas tanahnya sendiri, hal ini meman dari sejak leluhur tete moyang kita akan diwariskan kepada generasi yang sesudah,  kini,  dan akan datang, maka  harus mau dan tidak mau patut menjalani sesuai kebiasaan kita orang asli papua meskipun kita manusia sili berganti namun tanah kita mampu menjamin terhadap generasi ke generasi, sehingga Apa lagi dipikir membuatmu susah, sebabnya  semua serba akan tersedia hanya karena adanya tanah dan tanah merupakan penuh dengan segala sumber yang berlimpa termasuk fauna maupun frola dan harta kekayaan lainya kami manusia hanya tinggal  mengelolah dan mengatur dengan cara perbuatan kita masing-masing.

Melihat  perbuatan orang  papua saat ini tidak menyatu pada awal alinea pertama yang tertera diatas artinya kita hanya terrumus dengan sistem moderen dari diluar papua, hal ini tandasnya membuat kita semakin lupa.

 kebiasan-kebiasaan dari leluhur tete moyang kita, sepertinya hal yang hakiki dilakukan adalah tanah kita, harus kita sendiri yang diatur dan diolah bahkan hasil tanah kita, kita sendiri yang bisa layak menikmati, itulah terpenuhi dan hal terbiasa yang hakikat dalam hidup orang asli papua, tetapi hal ini akan terjadi probelem, karena sekelompak orang, berasal dari papua akan setuju untuk mewujudkan niat dari klonial kaptalis indonesia, dalam artinya bahwa tanah di jadikan barang perdagagan untuk jual beli terhadap nonpapua dengan menukar barang serupia uang. 


Adanya menjual tanah Hal ini menunjukan bahwa seolah-olah hidup orang asli papua semua serba akan tergantun pada klonial penjaja, hal ini muncul karena melalui  pendekatan faktor perbuatan manusia sendiri yang di lakukan,  salah satu hal yang masih kental saat ini adalah dapat menjual tanah, mengapa adanya menjual tanah air, akhirnya hutang dijadikan kelapa sawit, dirawa dijadikan dibagun hotel mewah bertingkat, pingir tepi pantai dijadikan tempat pariwisata dan penuh menguasai mayoritas non papua dari pada minoritas orang asli papua semakin mulai menurung dan hal serupa lainya ia itulah nyata dan terbukti kondisi dan situasi tanah papua saat ini, belum lagi dihitung segala ancaman yang sedang terjadi, sepertinya  eksploitasi dan pelangaran-pelagaran HAM yang sudah berbahu diatas  tanahnya sendiri.


Dengan dasar ini penulis menandakan kepada  pemilik hak ulayat tanah sendiri, apakah ini secara pewarisan dari tete moyang kita, justru itu anda dapat menjual tanah, kah bukan hal ini terjadi oleh karena mengkaget jutawan dan miliaran dari klonial penjaja, dibalik kaget ada  cara tertentu digunakan untuk  niat tujuannya  akan merampas dan dicopot segala kekayaan yang disebut  kaya di tanah papua ini. 


Tetapi sebagai hak ulayat tanah harus pikir dan sadar diri secara dewasa  mengapa katakan demikian hak tiap orang adalah melekat pada dirinya dari sejak lahir kandungan janin ibu, agar mampu terhindari dari segala sistem oleh klonial penjaja karena semua yang terjadi di tanah air dipapua tujuan  besar harapanya akan dikuasai oleh kahum penguasa sendiri.


Ribuan orang berkata baik melalui lisan maupun tulisan ia tanah adalah mama kandun anda, yang setia melinduggi dan memberi berbagai ragam untuk memenuhui dalam hidup oleh si anaknya karena mama selalu berpikir menjaga untuk demi kekasih anaknya hal ini menujukan bahwa menasehati anda. Ketika anda perna menjual tanah, berlarti hal ini anda menjual mama kandun anda, bahkan anda menjual generasi penganti anda. mengapa katakan demikian ia hidup tanpa tanah merasa hampa bagaikan hidup tanpa mama kekasih anda. 

Semua tindakan yang kamu ambil adalah demi menguntungkan oleh bangsa rakus oleh klonial sendiri, meskipun kamu bergaya dengan hasil menjual tanah, tetapi hal ini anda dapat menjual harkat dan martabat sebagai identitas kerintin rambut,  kulit hitam yang kahasi oleh Allah sang pencipta sendiri,  seharusnya kamu dilakukan adalah merebut dan menuntut yaitu status kami papua yang sedang dijaja oleh klonial ini,.dan bukan di ukur selagi masa hidupmu anda, tapi ukuralah masa hidup anakmu juga,  jangan sampai masa hidup anakmu dalam ancaman raksasa, hal itu pasti akan terjadi karena kamu selalu diukur masa hidup diri sendiri, secara perbuatan yang tidak pantas terhadap negeri cendrawasih  dimata alam, bahkan dimata sang pencipta 

Biar Saat ini kau bergaya dengan hasil menjual tanah tetapi hal ini melahirkan menjadi sepele harapanmu  mengapa  menjual tanah berlarti, pasti menjual hidup sekeluargga, semargga dan wilayah anda, seharusnya Tuhan sudah sisikan dengan berbagai beragam namun, tanpa berpikir latar belakan hidup akan kedepan terjadi apa, tanpa berkipir masa hidup anak cucu kedepan seperti apa, tanpa berpikir pulah hal kebudayaan kita yang sudah prioritaskan oleh leluhur adalah kita hidup orang asli papua hasil olahan tanah, bukan hidup hasil menjual tanah.jelasnya.

Maka dinisi menjadi  kesimpulan adalah sebagai  mahasiswa dan intelektual marih berpikir  upaya untuk menyelamatkan segala kekurangan yang ada diatas negeri ini, terutama kami berdayahkan dan di butuhkan ialah SDA dan SDM dipapua  karena kami mahasiswa dan intelektual penentu untuk dapat perubahan negeri kami sendiri, dari maha bahaya ancaman, penindasan, peranpok, pembataian dan lain sebagainya, dan kami tidak perlu berharap kepada elit-elit lokal dipapua karena mereka sudah radikal dengan sistem pemerintah klonial indonesia, dan merekalah pelaku utama untuk mencari  kepentingan perut pribadi sebenarnya yang sesuai frofesi tugas dan tanggunjawab mereka adalah melindungi dan mengawasi kepada rakyak jelata, tetapi hal ini terbumkan dengan janji-janji manis dihadapan  masyarakat sendiri  sebenarnya kau berangkat dari aspirasi rakyat untuk memimpin dan diatur daerahnya sendiri.

Dan tulisan ini menjadi pesan bagi anda yang selalu dipikir merasa hebat bahwa tanah ini angaplah milik ciptaan saya, pikiran itu  muncul karena pengaruh senyum dari di luar papua dibalik senyum itu  perampok dan dicopot  segala kekayaan secara brutal. Sehingga tips tulisan ini menjadi sumbansi lalarangan ia dijualnya tanah, dan penulis juga sangat mendukun dengan senada melarang menjual tanah oleh “Uskup Timika Almaruhum Mgr, Jhon Pilhip Saklir,” bahwa generasi mudah harus punya dusun yang masing-masing, karena tanah itu mama, mama yang membri hidup maka jaga baik-baik dari ancaman jual beli tanah yang semakin meningkat ini.tegasnya Stop dan Stop menjual tanah.




Penulis adalah  Mahasiswa Papua kuliah di,STIH 





Tidak ada komentar:

IKUTI KAMI